Rabu, 02 Juni 2010

Kitab Tentang Turunnya Wahyu - 7

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Bahwa Abu Sufyan bin Harb pernah memberitahukan kepadanya bahwa Heraclius pernah mengirim utusan kepadanya ketika dia memimpin suatu kafilah suku Quraisy. Ketika itu mereka berniaga di Syam pada saat gencatan senjata antara Rasulullah Saw. Dengan Abu Sofyan dan orang-orang kafir Quraisy. Abu Sufyan dan rombongannya menemui Heraclius ketika mereka berada di Ilya (Yerusalem). Heraclius yang didampingi oleh para pembesar Romawi memanggil Abu Sufyan dan rombongannya melalui seorang penerjemah. Heraclius bertanya:” Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan kerabatnya dengan orang yang mengaku dirinya menjadi nabi itu? 2 Abu Sufyan menjawab: “ Saya”. Kata Heraclius:” Suruh dia mendekat kemari dan suruh teman-temannya berada di belakangnya”. Kata Heraclius kepada penerjemahya: “ Katakan kepada mereka aku akan bertanya mengenai orang yang mengaku menjadi nabi itu dan jika dia (Abu Sufyan) berdusta, katakan bahwa dia (Abu Sufyan) berdusta”. Kata Abu Sufyan:”Demi Allah! Jika ketika itu saya tidak merasa malu dan takut dituduh bohong oleh teman-teman saya, niscaya saya akan memberikan jawaban dusta kepada Heraclius tentang nabi. Pertanyaan pertama yang ditanyakan Heraclius kepada saya adalah, “Bagaimana nenek moyang laki-laki yang mengaku menjadi nabi itu?' Saya menjawab:' Dia keturuanan orang-orang terhorma.' Tanya Heraclius selanjutnya, 'Apakah ada orang lain sebelum dia dari sukumu yangmengaku menjadi nabi?” Saya menjawab, 'Tidak ada'. Heraclius bertanya lagi, ' Apakah nenek moyangnya ada yang menjadi raja?'Saya menjawab:'Tidak ada'. Tanya Heraclius selanjutnya, 'Apakah pengikutnya kaum bangsawan ataukah rakyat biasa? ' Saya menjawab, 'Rakyat biasa'. Tanya Heraclius lagi, 'Pengikutnya terus bertambah ataukah berkurang? ' Saya menjawab, 'Terus bertambah'. Heraclius bertanya lagi, 'Apakah ada salah seorang pengikutnya yang keluar dari agamanya karena tidak suka setalah memluknya?' Saya menjawab, 'Tidak ada,' Heraclius bertanya lagi, ' Apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum dia mengaku menjadi nabi? ' Saya menjawab, ' Tidak pernah'. Tanya Heraclius selanjutnya, 'Pernahkah dia ingkar jani?' Saya menjawab, 'Tidak pernah. Sekarang ini kami sedang mengadakan gencatan senjata dengannya dan kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat dalam gencatan saenjata ini'. Kata Abu Sufyan: “Tidak saya temukan satu katapun untuk menyangkal Heraclis kecuali kata yang terakhir tadi. “Heraclius bertanya lagi, 'Apakah kalian pernah berperang dengannya?' Saya menjawab, 'pernah'. Tanya Heraclius lagi, 'Bagaimana peperangan tersebut? Saya menjawab, 'Dia pernah menang dan kami juga pernah menang'. Heraclius bertanya lagi, 'Apa yang dia serukan kepada kalian? ' Saya menjawab, 'Dia menyutuh kami menyembah Allah satu-satu-Nya tenpa mempersekutukan sesuatu dengan-Nya dan menyeru kamimeninggalkan tuhan-tuhan yang disembah oleh nenek moyang kami. Dia juga menyuruh kami mengerjakan sholat, berkata dan berlaku jujur, menjaga kesucian diri dan menyambung sanak famili'. Kata Heraclius kepada penerjemahnya: “Katakan kepadanya (Abu Sufyan), 'Aku tanyakan kepdamu tentang basib laki-laki yang mengaku menjadi nabi itu lalu kamu menjawab vahwa dia keturunan orang-orang terhormat, memang begitulah para rasul di utus dari nasab yang mulia. Aku tanyakan kepdamu, 'Apakah ada orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi nabi', lalu kamu menjawab, 'Tidak ada'. Kalau ada orang lain sebelum dia mengaku menjadi nabi, maka dia hanya meniru ucapan orang lain tersebut. Aku tanyakan kepadamu, 'Apakah adal salah seorang nenek moyangnya yang menjadi raja, lalu kamu menjawab, 'Tidka ada'. Kalau ada salah seorang nenek moyangnya yang menjadi raja berarti dia menuntut kembali kerajaan nenek moyangnya.

Aku bertanya kepadamu, 'Apakah kamu pernah menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan bahwa dia seorang nabi, lalu kamu menjawab, 'Tidak'. Aku yakin bahwa dia yang tidak pernah berkata dusta kepada semua orang itu tidak akan berdusta tentang Allah. Aku bertanya kepadamu, 'Apakah para pengikutnya orang-orang bangsawan ataukah rakyat biasa, kemudian kamu menjawab, 'Rakyat biasa'. Memang pengikut para rasul itu kebanyakan rakyat biasa. Aku bertanya kepdamu, 'Apakah pengikutnya terus bertambah', memang demikianlah iman yang benar kalau sudah mantap.

Aku bertanya kepadamu, 'Apakah ada salah seorang pengikutnya yang keluar karena tidak senang setelah memeluk agamanya, lalu kamu menjawab, 'Tidak ada'. Memang begitulah iman kalau sudah meresap ke dalam hati. Aku bertanya kepadamu, 'Apakah dia pernah ingkar janji', lalu kamu menjawab,'Tidak pernah'. Memang para rasul tidak ada yang ingkar janji. Aku bertanya kepadamu, 'Apa yang dia serukan kepdamu', lalu kamu menjawab, 'lalu kamu menjawab, 'Bahwa dia menyeru kamu menyembha Allah satu-satu-Nya tanpa kamu sekutukan sesuatu dengan Nya dan dia melarang kamu menyembah berhala, menyuruh kamu mengerjakan salat, berkata dan berlaku jujur, serta menjaga kescuian diri'. Jika apa yang kau katakan itu benar, maka tidak lama lagi dia akan menduduki tempat kedua kakiku ini. Aku tahu (dari kitab Injil) bahwa wilayah kekuasaannya akan meluas. Tapi aku tidak yalin kalau dia berasal dari kaummu. Seandainya aku tahu bahwa aku bisa bertemu dengannya tentu aku akan segera menemuinya. Kalau aku berada disisinya tentu akan aku basuh kedua telapak kakinya'. Kata Abu Sufyan: “Setelah itu Heraclius meminta surat yang dikirimkan oleh Rasulullah Saw. Melalui Dihyah kepada gubernur Bushra. Kemudian surat tersebut diserahkan kepadanya dan dibacanya, yang isinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya ditujukan kepada Heraclius, penguasa Byzantium. Kedamaian bagi orang yang mengikuti jalan kebenaran. Selanjutnya aku mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuk Islamlah, maka Anda akan selamat lalu Allah akan memberi Anda pahala dua kali lipat, tetapi jika Anda menolak seruan masuk islam ini, maka Anda akan menanggung dosa kaum Arisiyyin. Aku tuliskan di dalam surah ini firman Allah Swt. (yang artinya): “Hai ahli kitab!marilah kita bersatu dalam kata yang sama antara kami dengan kalian bahwa kita tidak menyembah selain Allah, dan bahwa kita tidak mempersekutukan sesuatau dengan-NYA, serta sebagian kita tidak menjadikan sebagaian yang lain sebagai sesembahan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, 'Saksikanlah bahwa kami orang-orang yang berserah diri kepda Allah”. (Al-Qur'an, surah Ali Imran ayat 64). Kata Abu Sufyan, 'Begitu Heraclius selesai berbicara dan membaca surat itu, ruangan pertemuan tersebut menjadi gaduh dan surara-suara keraspun bersahutan sehingga kami disuruh keluar'. Saya katakan kepada teman-teman saya,'Sungguh hebat putra Abu Kabsyah (julukan yang diberikan oleh Abu Sufyan untuk memperolok Nabi Saw.), sehingga dia ditakuti oleh raja Bani Ashfar dan saya selalu percaya bahwa dia akan menjadi penakluk, sehingga akhirnya Allah membuatku menjadi pemeluk Islam.3

Ketika itu Ibnu An-Nathur menjadi gubernur Ilya', sedangkan Heraclius adalah pemimpin orang-orang Nasrani Syam. Ibnu An-NAthur menceritakan bawa, ketika Heraclius mengunjungi Ilya' (Yerusalem). Dia bangun tidur dipagi hari dengan wajah murung, kemudian dia ditanya oleh para pendetanya, ' Apa yang membuat Anda murung?'Kata Ibnu An-Nathur,'HEraclius adalah seorang astrolog/peramal yang berpedoman pada bintang-bintang'. Heraclias menjawab,' Semalam ketika aku melihat bintang-bintang, aku melihat bahwa pemimpin orang-orang yang berkhitan telah muncul, lalu bangsa manakah yang berjhitan?' Mereka menjawab,' Tidak ada yang berkhitan kecuali orang-orang Yahudi. Jangan cemas dengan orang-orang Yahudi! Tulis saja surat kepada semua penguasa di seluruh pelosok negeri Anda untuk membunuh semua orang Yahudi yang ada diwilyah masing-masing'. Ketika mereka sedang membicarakan hal itu, ada seorang utusan Ghassan menghadap Heraclius untuk menyampaikan surat dari Rasulullah Saw. Kepadanya. Setrelah Heraclis membaca surat itu, dia mengatakan kepada anak buahnya, 'Periksalah pembawa surat ini, apakah dia berkhitan atau tidak?' Mereka memeriksannya, lalu mereka beritahukan kepada Heraclius bahwa dia berkhitan. Heraclius bertanya kepada pembawa surat tersebut mengenai orang-ornag Arab, lalu pembawa surat tersebut menjawab bahwa orang-orang Arab juga berkhitan. Kata Heraclius,'Penguasa Arab yang berdaulat4 telah muncul'. Setelah itu Geraclius menulis surat kepada temannya di Roma yang ilmunya setingkat dengannya. Kemudian Heraclius pergi ke kota Himsh (di Syiria) dan dia tidak beranjak dari kota itu, sehingga dia mendapat surat balasan dari temannya yang sependapat bahwa telah muncul seorang nabi, yaitu Muhammad yang mengirimkan surat kepadanya.

Heraclius mengundang para pejabat Romawi untuk berkumpul di istannya di kota Himsh,lalu dia memrintahkan agar semua pintu istana di kunci, kemudian dia menemuai para pejabat tersebut, lalu berkata, 'Hai seluruh bangsa Romawi! Jika kalian menginginkan kemenangan dan jalan yang benar, serta menginginkan agar kekuasaaan kalian tetap abadi, maka berbaitlah kepada Nabi Muhammad (masuklah Islam)!'. Mendengar itu, para undangan berlarian hiruk-pikuk bagai keledai liar menuju pintu-pintu keluar, trtapi kereka dapati semua pintu telah terkunci. Setwlah Heraclius, mengerti bahwa mereka tidak menyukai Islam dan tidak mungkin mereka beriman (dengan mengikuti Nabi Muhammad Saw.), maka dia berkata, 'Suruh mereka kembali kepadaku!' Lalu dia berkata lagi, 'Sesungguhnya aku berkata seperti itu tadi hanya untuk menguji seberapa kokoh agama kalian dan aku sudah membuktikannya'. Mendengar itu, mereka bersujud kepada Heraclius dan merasa lega kembali. Demikianlah akhir kisah Heraclius.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar